Posts

What If We're Dating

Aku punya dunia sendiri yang jarang bisa dimengerti orang lain, tiba-tiba tenggelam dalam lamunan, itu biasa terjadi, jadi jangan heran kalau suatu hari aku bisa melamun di hadapanmu. Duniaku dikelilingi Wall Maria, Wall Rose, dan Wall Sina. Kamu harus meruntuhkan Wall Sina untuk bisa masuk ke dalam duniaku.  Aku kerap bersikap dingin, bahkan kamu bakal jarang menerima pesan singkat atau omelan dariku. Kita sudah sama-sama dewasa, kesadaran masing-masing lah yang membuat kita tahu batasan satu sama lain.  Aku kerap diam, enggan mengungkapkan perasaan apapun.  Aku punya dunia sendiri. Aku bisa saja melontarkan kalimat yang tidak bisa kamu mengerti, atau mungkin ternyata kamu mengerti.  Kita punya waktu sendiri-sendiri, aku tidak berhak menginterupsi waktumu tanpa seizinmu, begitu juga dengan sebaliknya. Aku hanya satu di dunia ini, jadi berpikirlah secara matang sebelum memilihku.  Duniaku tidak ramai. Hanya ada aku, buku, dan lagu. Mungkin, nantinya ada kamu. 

Ketika Kita Sendiri yang Membuat Jalan Buntu

Tuhan itu Maha Baik Aku percaya itu Tuhan memberikan apa yang kita butuh, bukan apa yang kita pengin. Dari mana kita bisa tahu? Dari perjuangan kita untuk mendapatkan atau mempertahankan sesuatu atau seseorang.  "Andaikan di dunia ini ngga ada agama, kita ngga perlu seperti ini", dia bilang. Sebenarnya, dengan adanya (perbedaan) agama pun kami ngga perlu berpisah, apalagi bukan keinginan kita sendiri. Hari Sabtu, hari di mana aku sedang memikirkan di mana aku akan menghabiskan waktu dengan membaca buku sambil mendengarkan lagu seperti biasanya, hanya satu tempat yang terpikirkan olehku saat itu: sebuah coffee shop langganan di daerah Menteng. Aku duduk di kursi biasanya, setelah segelas kopi kesukaan datang, aku mulai menenggelamkan imajinasiku dalam sebuah buku karya Pramoedya Ananta Toer yang berjudul Anak Semua Bangsa. Masih sisa seperempat buku seingatku. Aku membaca sambil mendengarkan lagu-lagu yang pas dan meminum kopiku sesekali, dan menyalakan rokok ketika aku ingin.

Kebijakan Kencan: Laki-Laki vs Perempuan

Kencan adalah salah satu tahap pendekatan (bahkan pacaran) yang dilakukan oleh laki-laki, perempuan juga boleh sih, tergantung siapa yang lebih berinisiatif, bukan yang lebih gregetan ngabisin duit. Berhubung teman laki-lakiku lebih banyak, suatu hari aku iseng menananyakan soal "Siapa yang bayar saat kencan?" ke mereka. Biasanya, kencan meliputi makan, nonton dan ngopi (atau ngebir). Yaaah tambahannya paling pergi ke Seaworld atau Dufan. Ngga ada yang salah pergi ke taman ria khan? Toh semua orang punya sisi kekanak-kanakannya meskipun jarang ditunjukkan. Laki-laki yang sudah mapan secara keuangan cenderung mengeluarkan uang saat kencan atas keinginannya, untuk makan dan nonton, meskipun ngga semua perempuan suka dibayarin semuanya. Mengapa begitu? Untuk perempuan yang juga mapan secara keuangan dan mandiri dalam kehidupan sehari-hari, cenderung lebih pandai dalam mengatur keuangannya untuk kebutuhan dan keinginan. Ngga sedikit teman laki-laki yang aku diajarkan oleh orang t

Selarasnya Bandung Bagaikan Rumah

Image
Kalau aku punya waktu yang agak lama, mungkin aku akan menghabiskan waktu di Bandung agak lama. Ungkapan " Bandung diciptakan ketika Tuhan sedang tersenyum" mungkin ada benarnya. Menghabiskan masa kuliah di Jatinangor selama tujuh tahun nampaknya meninggalkan kesan tersendiri buatku, keinginan untuk selalu kembali ke Jatinangor dan Bandung selalu ada, entah karena teman-teman yang tinggal di sana, atau karena kuliner yang punya cerita sendiri. Aku selalu memilih hari kerja untuk berkunjung ke Bandung karena potensi macetnya tidak terlalu tinggi.  Setiap kali aku ke Bandung, aku pasti menghubungi Novena Gisela (biasa aku panggil Gisel) dan kami pertama kali bertemu dan berkenalan di kegiatan relawan Ruang Berbagi Ilmu (RuBI) di Natuna . Kami menghabiskan waktu dengan ngopi di Kopi Katong  yang notabene adalah milik Ridho Slank dan Ello, heboh sendiri karena menunya sangat berbeda dari coffee shop yang lain karena identik dengan makanan khas Ambon, dan bertemu dengan Jundi Aziz

Body Shaming: "Kamu Kurus Kayak Kurang Gizi!"

Image
Body shaming tidak hanya dialami oleh orang yang berbadan gemuk atau gendut cuma karena standar perempuan cantik adalah kurus, tinggi, dan langsing, tapi body shaming juga dialami oleh (orang seperti) aku yang bertubuh pendek (tinggiku 145 cm) dan kurus (berat badanku saat ini 33,5 kg) di usia hampir 31 tahun. Anxiety problemku memburuk di pertengahan tahun lalu dan aku kehilangan nafsu makan selama sebulan, semenjak itu aku semakin mudah sakit karena penyakit lambungku sering kambuh.  Mungkin bagi orang lain adalah hal sepele ketika bertemu denganku pertama kali dan mengatakan hal yang menyangkut fisikku ini, tapi buatku... itu bukan hal yang sepele. Aku pengin gemuk, tapi susah ngga karuan. Mau makan sebanyak apapun, berat badanku mentok di angka 40 kg, tidak bisa lebih dari itu. Bertahun-tahun aku mendapat body shaming karena badanku yang kurus ini, bisa bayangkan bagaimana perasaanku ketika mendapat ucapan, "Kamu kurus kayak kurang gizi!" oleh orang baru mengenalku selama

Dari RuBI Sumba ke Ubud Writers and Readers Festival 2018

Image
Nusa Tenggara Timur, satu dari 35 provinsi Indonesia membutuhkan peran serta lebih banyak dari insan-insan pendidikan Indonesia. Pulau Sumba menjadi salah satu lokasi penyelenggaraan Ruang Berbagi Ilmu (RuBI) tahun 2018. Sumba… Ya keindahan alamnya telah banyak diangkat dalam berbagai hal. Sebut saja film Marlina Si Pembunuh Empat Babak, dengan manisnya menyorot sudut eksotisme Sumba. Atau dalam film Susah Sinyal yang berhasil menyajikan keramahan penduduk dan otentiknya budaya dari salah satu pulau di Provinsi NTT ini. Meski begitu, dunia pendidikan di Sumba belum secemerlang seperti yang nampak di ranah hiburan. Salah satu yang harus diperhatikan di daerah ini adalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Hampir seluruh pengajar PAUD di Sumba merupakan ibu rumah tangga lulusan SMA dan belum memiliki pengalaman mengajar yang memadai. Padahal PAUD merupakan pondasi bagi pendidikan anak di jenjang selanjutnya. Hal tersebut menjadi salah satu alasan penyelenggaraan RuBI di pulau ini. Sumba

Toleransi, Hati Nurani dan Akal Sehat.

Image
Waktu aku traveling, beberapa kali aku dinilai bahkan dianggap seorang Muslim yang tidak baik dan juga seorang jihad cuma karena aku beragama Islam tapi ngga menjalani hidup sebagai mana seorang Muslim sesuai cerminan sikap rasul. Aku lahir sebagai seorang Muslim, dan aku besar di keluarga yang hampir semuanya beragama Islam, tapi mengingat kami semua hidup numpang di dunia yang sekiranya membuat kita harus menyesuaikan diri dengan kehidupan sosial, jadilah kami, atau bahkan kamu, menjalani kehidupan dengan seimbang antara kehidupan sosial dengan norma dan agama yang berlaku. Keluargaku termasuk liberal dan demokratis. Aku boleh minum bir dan minuman beralkhohol asal tau batas dan tidak lupa sama rumah. Orang tuaku ngasih 4 peraturan keras buatku sebagai anak perempuan satu-satunya di keluarga, yaitu: 1. Aku ngga boleh pindah agama, karena itu beberapa hubunganku dengan cowok beda agama harus berhenti karena perbedaan ini padahal aku sendiri ngga masalah dengan pernikahan beda agama. K