Body Shaming: "Kamu Kurus Kayak Kurang Gizi!"

Body shaming tidak hanya dialami oleh orang yang berbadan gemuk atau gendut cuma karena standar perempuan cantik adalah kurus, tinggi, dan langsing, tapi body shaming juga dialami oleh (orang seperti) aku yang bertubuh pendek (tinggiku 145 cm) dan kurus (berat badanku saat ini 33,5 kg) di usia hampir 31 tahun. Anxiety problemku memburuk di pertengahan tahun lalu dan aku kehilangan nafsu makan selama sebulan, semenjak itu aku semakin mudah sakit karena penyakit lambungku sering kambuh. 

Mungkin bagi orang lain adalah hal sepele ketika bertemu denganku pertama kali dan mengatakan hal yang menyangkut fisikku ini, tapi buatku... itu bukan hal yang sepele. Aku pengin gemuk, tapi susah ngga karuan. Mau makan sebanyak apapun, berat badanku mentok di angka 40 kg, tidak bisa lebih dari itu. Bertahun-tahun aku mendapat body shaming karena badanku yang kurus ini, bisa bayangkan bagaimana perasaanku ketika mendapat ucapan, "Kamu kurus kayak kurang gizi!" oleh orang baru mengenalku selama seminggu-dua minggu? Jangan harap kalian bisa melihatku tersenyum apalagi tertawa setelah aku mendapat pertanyaan itu karena yang ada di pikiranku adalah kenapa aku ngga bisa gemuk meskipun porsi makan dan frekuensi ngemilku sangat banyak? Oke lah aku punya penyakit lambung yang ngga bisa disembuhkan sampai kapanpun, tapi ngga ada salahnya aku mencoba untuk menaikkan berat badan?

Berhadapan dengan penyakit lambung selama bertahun-tahun yang nyaris membuatku kurus kering itu ngga mudah sama sekali. Pengin ngga banyak pikiran biar ngga stress juga susah padahal stress pemicu utama asam lambung. Kalau udah kena asam lambung, mau makan apapun juga ngga enak. HADEUH.

Nampaknya orang-orang yang hidup dalam tubuh berukuran standar layaknya manusia yang dianggap menarik dan normal kurang memiliki empati terhadap orang-orang yang sedikit berbeda, apalagi terhadap aku yang sering dibilang "Kurus kayak kurang gizi". Let me tell you this, guys. You may take "Kamu kurus kayak kurang gizi" as a joke, but not for me because I've struggling with that kind of words for more that 15 years. 


Selain persoalan berat badan, ukuran baju dan sepatu di berbagai toko pun sulit aku dapatkan. "Nur, loe tuh cocoknya pake baju anak-anak!". Okay, another body shaming. Usiaku hampir 31 tahun, aku ingin memakai baju yang sesuai dengan usiaku dan ukuran XS/S atau 0-2 size sangat jarang kecuali  di Cotton On dan Cotton Ink. Kalau aku melihat teman-temanku yang bisa mendapatkan baju sesuai ukuran mereka dengan mudahnya, dari situlah aku dirundung rasa iri setelah sekian lama tidak merasa iri kepada siapapun. Sesekali aku memutar otak untuk bisa mendapatkan baju sesuai ukuranku, entah beli jadi lalu aku bawa ke penjahit untuk dikecilkan, cari di online shop yang memiliki ukuran kecil, atau pesan kaos dengan desain sendiri. 


Tapi punya badan kecil nan kurus juga ada enaknya SETELAH aku mendengar banyak orang pengin gampang kurus sepertiku tanpa harus berusaha dengan susah payah (baca: diet dan olah raga) dan itulah yang membuatku bangga dengan diriku sendiri. I'm small, but strong. 

Comments

Popular posts from this blog

Kembali Menjadi Travel Photographer

Bhutan Expedition: Ta Dzong

Summer School di SOAS, SSV dan Catatan Kecilnya.