Kebijakan Kencan: Laki-Laki vs Perempuan

Kencan adalah salah satu tahap pendekatan (bahkan pacaran) yang dilakukan oleh laki-laki, perempuan juga boleh sih, tergantung siapa yang lebih berinisiatif, bukan yang lebih gregetan ngabisin duit. Berhubung teman laki-lakiku lebih banyak, suatu hari aku iseng menananyakan soal "Siapa yang bayar saat kencan?" ke mereka.

Biasanya, kencan meliputi makan, nonton dan ngopi (atau ngebir). Yaaah tambahannya paling pergi ke Seaworld atau Dufan. Ngga ada yang salah pergi ke taman ria khan? Toh semua orang punya sisi kekanak-kanakannya meskipun jarang ditunjukkan. Laki-laki yang sudah mapan secara keuangan cenderung mengeluarkan uang saat kencan atas keinginannya, untuk makan dan nonton, meskipun ngga semua perempuan suka dibayarin semuanya. Mengapa begitu? Untuk perempuan yang juga mapan secara keuangan dan mandiri dalam kehidupan sehari-hari, cenderung lebih pandai dalam mengatur keuangannya untuk kebutuhan dan keinginan. Ngga sedikit teman laki-laki yang aku diajarkan oleh orang tuanya untuk mengeluarkan uang saat kencan karena nantinya ketika berumah tangga, laki-laki lah yang akan menafkahi perempuan. Mungkin bapakku juga mengajarkan demikian ke kakak dan adikku (mereka berdua laki-laki), tetapi bapakku ngga mengajarkan aku untuk selalu mau ditraktir atau dibayari apapun oleh gebetan atau pacar karena menurut beliau, selama aku belum menikah, aku masih tanggung jawab bapak dan segala pengeluaran beliau atau aku yang tanggung. Untuk perihal keinginan seperti kosmetik dan ngebir, aku lebih memilih untuk mengeluarkan uang sendiri. Begitu juga dengan traveling, aku lebih memilih untuk mengeluarkan uang sendiri karena termasuk kebutuhan sekunder. Siapa sih yang ngga butuh liburan meskipun ngga jauh dan ngga mahal-mahal amat?

Ngga sedikit juga koq cowok yang merasa harga dirinya atau egonya direndahkan cuma karena pasangannya ngga mau dibayarin atau ditraktir, dan pasangannya lebih memilih split bill atau 50:50. Karena apa? Karena menurut aku sendiri, mengeluarkan uang sepenuhnya belum tanggung jawab pasangan (laki-laki) meskipun sudah mapan. 

Selain karena mandiri dan mapan, ada kekhawatiran akan rasa perhitungan. Ngga lucu aja khan kalau udah dibeliin ini itu meskipun kita ngga minta, ujung-ujungnya diminta balik karena ngga ikhlas? Entah itu setelah ditolak atau putus. 

Menurut pengalamanku sejauh ini, ada cowok yang merasa minder karena aku lebih memilih 50:50 saat kencan, tapi ada juga yang merasa tertantang bahkan biasa aja. Jangankan minta, pinjem duit untuk beli Chatime karena aku ngga ada uang kecil aja segannya setengah mati dan bakal aku ganti dengan segera. Ngga ada yang salah dengan itu khan?

Oke, masuk ke soal kencan ideal. Ngga semua orang suka kencan yang hanya makan dan nonton, biasa? Biasa banget. Untuk aku sendiri, aku lebih suka kencan yang lebih banyak waktu untuk ngobrol biar mengenal lebih dalam satu sama lain. Entah sambil ngopi atau ngebir. Ngga banyak cowok yang suka sama cewek ngebir. Aku pernah mengalaminya. Tahun lalu aku sempat dekat dengan teman lama, cerita lengkapnya ada di sini

Si monyet ini adalah satu dari sekian cowok yang menganggap aku biasa saja, sebagai orang yang sering dipuji "pintar", "menarik", dan sejenisnya, laki-laki macam dia membuatku tertantang karena dia menganggapku BIASA SAJA. Setelah saling mengetahui bahwa kami suka ngebir dan mengagumi penulis yang sama, barulah kami juga saling mengenal lebih dalam, kami lebih memilih ngobrol banyak dengan waktu yang kami punya. Dan dia bukan tipe laki-laki yang memuja perempuan, dia bodo amat aku pulang sendirian naik ojek online malam-malam karena dia percaya aku bakal baik-baik saja, kecuali dalam keadaan tipsy dan mabuk, itu pengecualian. Dan dia bukan tipe laki-laki yang mengeluarkan dompet duluan untuk membayar semua makanan atau tiket nonton di saat kami menghabiskan waktu bersama. Bahkan ketika kami kencan menggunakan mobilnya, tanpa rasa segan dia memintaku untuk bayar bensin setengahnya. Aku hanya bisa bengong. Bengong karena takjub, ada lhooooo laki-laki yang nodong aku dengan santainya, bukan karena dia ngga punya uang atau ngga modal, tapi karena memang sudah sepatutnya segala yang kami beli dibagi dua. Aku sendiri lebih suka pacaran yang benar-benar dimulai dari pertemanan biar merasa nyaman, karena pacaran bukan melulu soal perasaan sayang dan cinta. 

Kembali soal kencan ideal, selain menghabiskan waktu dengan ngobrol sambil ngopi atau ngebir, aku lebih suka menghabiskan waktu bersama dengan pergi ke museum atau pertunjukan musik. Kalau kalian bagaimana? Share you thoughts!


Comments

Popular posts from this blog

What If We're Dating

Toleransi, Hati Nurani dan Akal Sehat.

Menantang Raga Mungil untuk Coldplay di Sydney