RUBI PPI Sabu Raijua: Kembali ke Kegiatan Relawan (Bagian Kedua)

Yuk ah lanjut lagi cerita tentang Ruang Berbagi Ilmu di Pulau Sabu! Sebenernya, apa sih Ruang Berbagi Ilmu itu? Kenapa diadakannya di tempat antah berantah seperti Pulau Sabu? Jadi gini... Pendidikan di daerah terpencil di Indonesia seperti di pulau Sabu termasuk yang membutuhkan perkembangan dan kemajuan dalam sistem mengajarnya, nah Ruang Berbagi Ilmu mengajak para individu dengan pengetahuan yang lebih dalam metode mengajar, untuk berbagi ilmu kepada guru-guru di sekolah yang ada di pulau Sabu ini. Total partisipan adalah sekitar 200 orang guru dari penjuru pulau Sabu dan pulau Raijua. Untuk selebihnya bisa kalian lihat di sini.

Jam setengah 4 subuh, kami para relawan dijemput oleh panitia lokal dengan bus sederhana yang sedikit usang, dari penginapan menuju ke sekolah. Tak sempat mandi, hanya membawa barang dan perlengkapan yang sudah disiapkan di malam sebelumnya, kami siap menyambut hari pertama pelaksanaan RUBI.


 Absen dulu yuk, bu guru!

Hweeeeits, jangan salah! Sebelum para guru datang, kami mandi dulu di kamar mandi sekolah. Beruntung air yang ada cukup untuk kami semua, alhasil kami menyambut para guru dengan wajah segar meskipun badan kembali banjir keringat dalam waktu hitungan belasan menit. NTT adalah salah satu daerah yang sulit air, makanya kami semua bersyukur bisa mandi setidaknya sehari sekali.


 ...tak lama kemudian, kami pun menyanyikan lagu Indonesia Raya tiga stanza *DHUAR*

Ada juga relawan yang baru tiba di hari H pelaksanaan, kebanyakan adalah pemberi materi di hari kedua. Beruntung kak Thasya datang tepat waktu karena dia memberi materi di hari pertama, sisanya berdiskusi dan menyiapkan materi yang akan disampaikan di hari kedua.



Salah satu relawan yang bernama mbak Pipit (baju putih biru) sudah ikutan RUBI delapan kali lho! Ajegileeee, entah karena kebanyakan duit, kebanyakan waktu, atau suka berbagi ilmu, hanya mbak Pipit dan Tuhan yang tahu.

Proses pemberian materi diiringi tawa canda juga, karena selain biar ngga kaku amat, juga biar memberikan kesan yang berarti untuk para guru dan relawan. Dan mereka memberi materi dengan cara yang atraktif agar terus diingat. Perbedaan budaya dan bahasa bukan penghalang di antara mereka. Materi yang dibagikan beragam, salah satunya adalah Metode Belajar Kreatif. Di RUBI Rote Ndao 2015, aku menjadi salah satu pemberi materi Pengelolaan Taman Baca, materinya tentang mengelola buku-buku di perpustakaan dan taman baca, pemberian label pada buku, dan sistem pinjam meminjamnya.


Meskipun baru bertemu dua hari, para relawan dan partisipan sudah seperti keluarga

Nampaknya cerita ini ngga akan sahih kalo ngga diungkap behind the scene nya, pengin tau? Bakal dibahas di post berikutnya. Tunggu yaaaa!
 

Comments

Popular posts from this blog

What If We're Dating

Toleransi, Hati Nurani dan Akal Sehat.

Menantang Raga Mungil untuk Coldplay di Sydney