RUBI PPI Sabu Raijua: Kembali ke Kegiatan Relawan (Bagian Pertama)


Setelah libur kuliah yang cukup membuat males gerak, akhirnya aku punya kegiatan yang cukup bikin sibuk menjelang masuk kuliah; ngitung duit orang, packing, dan pergi ke Pulau Sabu di NTT untuk kegiatan relawan lagi. Kalau ada yang bertanya kenapa aku suka banget ikut kegiatan relawan di luar kota, jawabannya bukan karena waktuku (ngga lagi) banyak, begitu juga dengan duit di tabungan, tapi ikut kegiatan relawan itu bikin ketagihan. Ketemu banyak orang baru, menambah pengalaman baru juga di kota orang, dan juga menambah stok foto *lah*. 

Kilas balik sedikit, beberapa minggu sebelum berangkat, aku membantu panitia mengumpulkan uang untuk biaya transportasi yang nantinya akan ditransfer ke panitia lokal karena dari Kupang ke Pulau Sabu ada dua pilihan transportasi, yaitu naik pesawat Susi Air dan naik kapal cepat. Aku memilih untuk naik kapal cepat untuk berangkat ke Pulau Sabu bersama lima orang lainnya, lalu baliknya naik pesawat dan itu pertama kalinya aku naik pesawat Susi Air. Beberapa hari menjelang berangkat, drama pertama adalah nominal duit yang ada di google sheet ngga seimbang antara debit dan kredit, sebagai penggemar akuntansi aku merasa gagal. Lalu dengan bantuan seorang panitia bernama Dona Niagara, akhirnya nominalnya sama setelah dihitung ulang beberapa kali. Esoknya (hari Jumat), aku pergi ke bank untuk transfer duit dengan nominal luar biasa itu ke rekening panitia lokal. Karena beda bank, ada kemungkinan duit akan sampai di hari Senin, bingung campur panik harus gimana, akhirnya staff senior bilang bahwa duitnya bisa sampai di hari yang sama kalau transaksi dilakukan sebelum jam 11 siang, aku berada di depan teller jam 10.35. AMAN. Drama pertama berakhir dengan bahagia. 

Pesawat yang aku tumpangi ke Kupang adalah Batik Air jam 3 pagi, barengan ama orang sahur dah tuh. Perjalanan memakan waktu selama 3 jam, ngga pakai lama, begitu duduk di kursi pesawat yang aku lakukan adalah tidur. Nuri mah gitu, nempel molor banget. Tiba di Kupang jam 7 pagi WITA, dan kami langung pergi ke  Pelabuhan Tenau untuk menyebrang ke Pulau Sabu. Salah informasi, yang awalnya kami kira kapal akan berangkat jam 9 pagi, ternyata berangkat jam 10 pagi. Kembali beberapa dari kami berenam memanfaatkan waktu untuk tidur sebentar, jalan ke kapan begitu tau ternyata kapalnya dari kapan tau udah nangkring alias tinggal berangkat. Tepat jam 10, kapal kami berangkat dan kami pun lanjut tidur. Salah informasi lagi, panitia lokal memberitahu kami bahwa harga tiket kapalnya adalah 250 ribu, kami kira kami tidak ada pilihan lain ternyata kami bisa memilih kelas VVIP yang super duper nyaman sedangkan kami beli tiket untuk kelas ekonomi yang super panas, angin sepoi-sepoi baru terasa kalau kami ke luar kapal. Daaaaan, perjalanan dari Kupang ke Pulau Sabu memakan waktu... 5 jam, saudara-saudara! Di manakah tepatnya lokasi Pulau Sabu, NTT?

Nah, titik merah itu adalah lokasi Pulau Sabu, NTT

Yang sering ikut RUBI pasti kenal Hain :))

Duduk, tidur, kebangun, duduk, ngobrol, tidur lagi, kena ombak, terjatuh dari kursi, lanjut tidur, kebangun, tidur lagi, lalu bangun lagi, kurang lebih itulah yang kami lakukan sampai tiba di Pelabuhan Biu, Pulau Sabu. Setiba di Pulau Sabu, kami disambut oleh panitia lokal dan beberapa relawan yang sudah tiba terlebih dahulu dari Waingapu. Jadi untuk pergi ke Pulau Sabu, ada dua jalur alternatif dengan pesawat Susi Air, yaitu dari Kupang dan dari Waingapu. Kalau dihitung lagi, biaya transportasi lebih murah kalau berangkat dari Jakarta ke Waingapu lalu lanjut ke Pulau Sabu.


Beruntung suhu di Pulau Sabu saat itu tidak sepanas Rote Ndao. Kalau sudah berada di tempat seperti ini, dalam rangka kegiatan relawan, yang kami hadapi berikutnya adalah fasilitas seadanya. Mandi jadi 2-3 kali sehari karena saking gerahnya, padahal biasanya mah aku mandi sehari sekali cukup. Hemat air cyin! *halah alesan*

Dari pelabuhan, kami menaruh barang dulu di penginapan yang super duper serem di malam hari, sayangnya ngga sempet aku foto karena jadwal padat *alesan lagi*. 

Dokumentator RUBI Sabu Raijua minus Nacota yang belom datang

Sekolah di mana RUBI Sabu Raijua dilaksanakan selama dua hari

Seusai meninjau lokasi, jalan-jalan sebentar, dan makan malam di rumah warga, sebagian besar relawan pemberi materi begadang untuk menyiapkan materi keesokan harinya. Nantikan tulisan bagian kedua untuk bagaimana keseruannya yuaaa~

Comments

Popular posts from this blog

What If We're Dating

Toleransi, Hati Nurani dan Akal Sehat.

Menantang Raga Mungil untuk Coldplay di Sydney