Nepal: "Nuri, Kami Minta Besok Kamu..."

Di IVHQ ini, para relawan boleh memilih berapa lama program yang akan mereka jalani. Natalie (yang berbaju abu-abu) hanya dua minggu di program Childcare, dan kami mengadakan makan malam sebagai acara perpisahannya. Beruntung aku bawa tripod, jadi ada foto kami semua, lengkap dengan anak tunggal Amma dan Baba. Meskipun hanya dua minggu, berkenalan dan berteman dengan Natalie sangatlah menyenangkan. Dia bekerja sebagai akuntan sebuah perusahaan. Ketika para relawan di Pokhara makan malam bersama setelah gempa *Iya, kami sesantai itu*, dia yang paling sibuk menghitung uang saat bon keluar. Natalie berasal dari Malaysia tapi besar dan bekerja di Canada.








Beberapa hari setelah kepulangan Natalie ke negaranya, aku mencoba untuk menghubungi staff Deplu yang berada di Kathmandu untuk melakukan sensus, awalnya enggan karena khawatir. Ternyata benar. "Nuri, kami minta besok kamu ke Kathmandu untuk kembali ke Indonesia bersama WNI lainnya". Aku patah hati karena aku sudah terlanjur betah di Pokhara, dan uang yang aku keluarkan untuk mengikuti program ini ngga sedikit. Dengan berat hati aku kembali ke Kathmandu sesuai perintah, sesungguhnya aku ingin menolak, kalaupun mereka mengizinkan, aku khawatir mereka akan lepas tanggung jawab jika di Nepal terjadi gempa lagi. Aku mengucapkan perpisahan ke anak kesayanganku, Sahara, dan Rabina, gadis lincah yang suka banget olah raga lari.


Setibanya aku di Kathmandu, aku pergi ke Kathmandu Guest House Hotel sebagai basecamp staff Deplu, TNI AU, TNI AL, Kemenlu, dan WNI yang selamat. Setelah lapor diri dan sempat diomelin karena ngga segera lapor diri, aku berkeliling gang Thamel untuk hunting foto. Hampir semua bangunan runtuh, hancur, dan terlihat banyak penduduk yang mencari harta mereka di dalam reruntuhan rumah dan menyelamatkan barang dagangan mereka dari gedung pertokoan yang nyaris rubuh. Durbar tidak bisa dimasuki untuk umum karena rusak parah, bahkan sampai sekarang belum direnovasi oleh pemerintah setempat. Beda dengan Boudhanath Stupa yang tidak memakan waktu lama untuk diperbaiki oleh pemerintah.




Di Kathmandu aku bertemu dengan pak Bachtiar Saleh, seorang Konsul Ekonomi KJRI Jeddah. Beliau bilang, beliau ikut ke Nepal karena sedang bebas tugas di Jeddah. Enak bener yak lagi bebas tugas ngikut ke Nepal *menghela nafas berat*. Tidak semua WNI dan staff Deplu maupun Kemenlu ikut kembali ke Indonesia. Aku pulang dengan pesawat yang biasa membawa presiden RI beserta staffnya *AZEEEEEEKH. KAPAN LAGI YE KHAN?*, pengalaman luar biasa yang bisa aku bagi ke orang-orang, serta foto-foto yang bercerita meskipun aku merasa kurang.




Masih banyak hal dari Nepal yang ingin aku jelajahi. Sudah dua tahun berlalu sejak gempa besar melanda Nepal, aku berniat untuk kembali, apa daya opa James Natchwey udah duluan tahun lalu *Apa sih?!*. Foto-foto dari opa James bisa kalian lihat di sini.

Comments

Popular posts from this blog

What If We're Dating

Toleransi, Hati Nurani dan Akal Sehat.

Ketika Kita Sendiri yang Membuat Jalan Buntu