Natuna: Pulau Mungil di Utara Indonesia (Bagian Kedua)

...Setelah dilanda bad mood yang berkepanjangan karena bokek, kulit wajah yang makin perih karena dalam masa perawatan (iya, perawatan. Kalian ngga salah baca koq), keinginan untuk traveling kesana-kemari yang belom kesampaian dan lain sebagainya, akhirnya hatiku tergerak untuk meneruskan tulisan tentang pengalamanku menjadi relawan RUBI (Ruang Berbagi Ilmu) di Natuna sambil makan bakmi ayam dengan dua buah pangsit, dan berniat sambil dengerin lagu juga tapi apa daya... earphone tertinggal di rumah. YA ALLAH YA RABB :"((( 

Okay, pertama. Izinkan aku untuk minta maaf karena foto pertama dari tulisan kali ini mungkin agak sedikit mengagetkan kalian. Antara bener-bener kaget karena serem *sungkem ke Nugie*, atau kaget karena aku kenal dengan orang ini dan kalian menganggap dunia ini sempit. Tenang, bukan dunia ini yang sempit tapi akunya yang terlalu gaul *kalem*

Foto di bawah ini diambil di saat Nugie sedang ngga enak badan dan wajahnya pucat ngga karuan, udah minum obat seberapa banyak pun, Nugie ngga membaik juga padahal dia harus mulai mendokumentasikan kegiatan. Saat itu suhu di Natuna mencapai 28-29 derajat Celcius dan Nugie tidak melepaskan jaketnya, kebayang khan Nugie kayak kebab dibungkus aluminium foil? OKE SIP!


Yak, inilah penampakan sekolah di mana RUBI Natuna dilaksanakan.

Shooting video testimoni para relawan tentang RUBI di Natuna dilakukan di lapangan belakang sekolah karena pemandangan belakangnya adalah gunung dan langit yang ceraaaaaah sekali, dan ini adalah ekspresi PIC kami, Lia, sedang joget karena salah ngemeng dan harus diulang entah berapa kali, belum lagi suara angin yang kencang juga membuat pengambilan video dilakukan berkali-kali. yang sabar ya, Lia.


Setelah kegiatan berakhir, kami semua diajak jalan-jalan mengelilingi Natuna dengan kendaraan yang sudah disediakan. Salah satu tempat yang kami kunjungi adalah sebuah kelenteng terapung bernama Pu Tek Chi di Kampung Tua Penagi, Kecamatan Bunguran Timur, Natuna. Kecup basah untuk Raras yang memberi tahu nama kelentengnya :3 

Matahari perlahan turun sesuai dengan waktunya, dengan penerangan secukupnya yang ada di desa dan tidak adanya sinyal handphone saat kami di sana, seolah meminta kami untuk menikmati kesederhanaan yang ada di depan mata kami tanpa diganggu dengan keberadaan dunia digital. Ada perasaan senang camour sedih ketika kegiatan ini harus berakhir. Hanya dalam waktu beberapa minggu, dimulai dari penerimaan relawan RUBI hingga hari tearkhir kami di Natuna, kami sudah seperti keluarga.


Kelenteng Pu Tek Chi ini bersebelahan dengan Masjid Al Mukkaromah, meskipun demikian, warga setempat hidup berdampingan dengan rukun, tanpa memandang perbedaan yang berarti, dan mereka sangat ramah kepada pendatang seperti kami yang berasal dari kota besar. Sebagai orang yang besar di ibukota Jakarta beberapa tahun terakhir, mengunjungi tempat seperti Natuna merupakan pengalaman yang berbeda karena ketidakramaian seperti inilah yang aku cari setelah melalui hari-hari yang berisik dan penuh dengan "keributan" di Jakarta. Btw, ada bocoran nih. Rencananya di RUBI berikutnya Pegunungan Bintang bakal jadi salah satu destinasi lho. Emang sih, ini kegiatan relawan dan bakal ngeluarin duit sendiri, tapi kapan lagi rame-rame ke daerah-daerah di Indonesia yang belom pernah kalian kunjungi untuk pendidikan?


Petualanganku di daerah barat Indonesia tidak berakhir di sini, karena setelah dari Natuna, aku melanjutkan perjalanan ke...


...BELITUNG

Comments

Popular posts from this blog

What If We're Dating

Toleransi, Hati Nurani dan Akal Sehat.

Menantang Raga Mungil untuk Coldplay di Sydney