#AmazingSanur: Kebaya Putih, Raksasa dan Milkyway (Bagian Kedua)

Hari raya Nyepi adalah salah satu hari suci agama Hindu yang dirayakan setiap setahun sekali yang jatuh pada hari pertama Sasih Kedasa. Hari raya Nyepi dilakukan dalam rangka menyambut Tahun Baru Çaka. Dalam perayaan Nyepi dilakukan Penyucian Bhuana Agung dan Bhuana Alit untuk mewujudkan kesejahteraan, keseimbangan dan kebahagiaan lahir batin (jagadhita dan moksa), terbinanya kehidupan yang berlandaskan satyam (kebenaran), siwam (kesucian), dan sundaram (keharmonisan/keindahan).

Satu hari sebelum melaksanakan Tapa Brata Penyepian, dilaksanakan parade Ogoh-ogoh dengan serangkaian upacara Tawur Kesanga sebelumnya, yang merupakan sebuah ekspresi kreatif masyarakat Hindu di Bali, di dalam memaknai perayaan pergantian Tahun Caka. Masyarakat menciptakan Ogoh-ogoh sebagai lambang sifat-sifat negatif yang harus dilebur agar tidak menggangu kehidupan manusia. Ogoh-ogoh yang diciptakan kemudian dihaturkan sesaji natab caru pabiakalan sebuah ritual yang bermakna nyomia, mengembalikan sifat-sifat Bhuta Kala ke asalnya. Ritual tersebut dilanjutkan dengan parade Ogoh-Ogoh, seluruh lapisan masyarakat bersama-sama mengusung Ogoh-Ogoh mengelilingi jalan-jalan desa dan mengitari catus pata sebagai simbol siklus sakral perputaran waktu menuju ke pergantian Tahun Caka yang baru. Setelah ritual dan prosesi Ngerupuk tersebut Ogoh-Ogoh Bhuta Kala itupun dipralina, mengembalikan keasalnya dengan dilebur atau dibakar.

Terkait dengan upacara Tawur Kesanga dan ritual Ngerupuk tersebut, parade Ogoh-Ogoh mengandung dua makna yaitu mengekspresikan nilai-nilai religius dan ruang-waktu sakral berdasarkan sastra-sastra agama, dan merupakan karya kreatif yang disalurkan melalui ekspresi keindahan dan kebersamaan. Ogoh-ogoh yang merupakan simbol Butha Kala pertama kali dibuat pada tahun 1982 (sehari sebelum Tahun Baru Çaka 1904) di Desa Yehembang, Kecamatan MendoyoKabupaten Jembrana oleh Nyoman Mahardika dibantu oleh Ketut Wirata dan kawan-kawan. 

Parade Ogoh-ogoh adalah agenda rutin atau kegiatan rutin yang harus dilakukan menjelang perayaan hari raya Nyepi, tanpa adanya parade Ogoh-ogoh perayaan hari raya Nyepi terasa aneh.

Opening Festival

Mengingat peranan penting Ogoh-ogoh dalam perayaan hari raya Nyepi dan sebagai bentuk kreativitas remaja Hindu Bali dalam melestarikan adat, seni dan budaya, para panitia Festival Ogoh-ogoh di kawasan Mel Intaran Sanur tahun 2016 menyelenggarakan Parade Ogoh-ogoh yang bertajuk “Mel Ogoh-ogoh Festival I” yang dikemas dengan tampilan dan konsep baru yang diharapkan menjadi pengikat tali Persaudaraan antar Sekaa Teruna yang ada di wilayah Mel Intaran serta meningkatkan kreatifitas generasi muda di bidang seni dan budaya dengan diadakannya parade Ogoh-ogoh ini. Selain itu, melalui kegiatan ini, diharapkan mampu menarik perhatian wisatawan asing dan domestik untuk turut menyaksikan kegiatan ini, serta mampu menjadi icon tahunan unggulan di wilayah Denpasar, khususnya Sanur. 

The Ogoh-Ogoh

The Dancers

The Dancers with Fire

Pernah jadi fotografer konser ada untungnya juga, karena itu menjadikan aku terbiasa dengan keramaian dan kerusuhan yang ngga bisa diperkirakan kapan dan bagaimana akan terjadi. Aku memilih untuk memotret di bawah, karena lebih dekat dengan keramaian dan ogoh-ogoh yang akan lewat. Ukuran ogoh-ogoh yang dilombakan ada berbagai macam, saat dipamerkan ke juri-juri, para pengangkat ogoh-ogoh melakukan beberapa gerakan agar ogoh-ogoh yang mereka pemarkan terlihat dari berbagai sudut serta diuji kekokohannya. Sayangnya, ngga semua ogoh-ogoh bisa bertahan dengan sempurna karena ada beberapa yang roboh saat dilombakan. Saat para pengangkat ogoh-ogoh melakukan gerakan memutar, ngga sekali aku hampir terbentur ujung bambu yang menjadi penopang ogoh-ogoh yang besar dan berat itu. Kalo kena jidat ngga apa-apa deh, paling ujung-ujungnya benjol doank. Nah kalo kena kacamata atau kamera beserta lensanya? Kayaknya aku bakal nangis 3 hari 3 malem. 

The Fallen Ogoh-Ogoh

Di Festival Ogoh-Ogoh ini juga ngga lepas dari aksi tolak reklamasi Teluk Benoa yang masih ramai dibicarakan. Terlihat beberapa pemuda pengangkat ogoh-ogoh menuliskan "Tolak Reklamasi" di tubuhnya.

Tolak Reklamasi

Dan tahun ini adalah pertama kalinya buatku merayakan hari raya Nyepi di Bali bersama teman-teman di Sanur, dan juga mengalami Gerhana Matahari Sebagian. Mustahil buat melihat Gerhana Matahari Sebagian, tapi memotret Milkyway pertama kali dalam hidup di pantai Sanur? Ngga mustahil tuh :3

Milkyway in Sanur Beach

Comments

  1. Nuri, walau pertama memotret Milkyway, duh hasilnya cakeeeep...Jempol 12 untuk Nuri :)

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

What If We're Dating

Toleransi, Hati Nurani dan Akal Sehat.

Ketika Kita Sendiri yang Membuat Jalan Buntu