Bhutan Expedition: Thimpu dan Paro

Sebenernya kalau diurut berdasarkan hari aku agak bingung, jadi aku ubah menjadi berdasarkan destinasi saja. Semoga lebih efisien :) #naondeui

Setelah mengalami hari yang melelahkan di Phobjika, aku dan peserta ekspedisi pergi ke Thimpu, kota terbesar di Bhutan. Tetapi sebelum ke Thimpu yang memakan waktu perjalanan selama 5 jam, kami membentangkan praying flags di tempat yang sudah ditentukan. Satu orang diberi 7 buah praying flags yang memiliki 7 warna yang berbeda, lalu disambung dengan milik peserta ekspedisi yang lain.

BE-4045


Dan pastinya, kami bertemu dengan biksu muda yang sedang bermain di kuil terdekat.



Thimpu berpopulasi sekitar 70,000 orang dan Thimpu bisa dikatakan "Big Apple" nya Bhutan. Di Thimpu, kami mengunjungi Museum Tekstil Nasional, di mana kami memiliki kesempatan untuk melihat semua kerajianan tangan (terutama pakaian) asli penduduk Bhutan dan di Thimpu pula, kami mengunjungi sebuah pabrik kertas daur ulang. Di Museum Tekstil Nasional kami tidak boleh mengambil foto karena sudah peraturannya, sebagai turis yang baik, aku mematuhi peraturan :3




Malamnya kami diundang makan bersama oleh beberapa pejabat dan orang penting dari industri pariwisata nasional Bhutan, beberapa dari kami sempat bingung untuk memakai baju apa karena kami semua tidak membawa baju formal :)) aku berkenalan dengan Kinley, yang ternyata seorang fotografer dan sinematografer andalan Bhutan. Dari sekian banyak foto dan video pariwisata Bhutan yang dipakai untuk promosi, dia yang bikin :O Sayangnya kami tidak sempat foto berdua karena terlalu seru mengobrol. 

Setelah menjalani hari bebas (baca: belanja) di Thimpu, kami kembali ke Paro, kota kami tiba di hari pertama. Di hotel Zhiwa Ling, Chris Rainier presentasi tentang foto-fotonya sekali lagi dan kali itu dia menampilkan foto-foto yang berbeda dari sebelumnya, dia menampilkan beberapa foto milky way di daratan pegunungan Everest (tau khan maksudku? Takutnya bingung karena bahasaku ribet -.-"). Bahkan dia memperlihatkan video di saat dia sedang sky diving di atas gunung... EVEREST! Emang dasar tua-tua keladi, makin lama makin jadi :)) Di tengah-tengah presentasi, hotel mengalami... MATI LAMPU! Dan dari situ, dimulailah kejadian yang belum pernah aku alami sebelumnya selama aku traveling sendirian. Apakah itu? Aku tulis di post berikutnya *evil laugh*

Comments

Popular posts from this blog

What If We're Dating

Toleransi, Hati Nurani dan Akal Sehat.

Menantang Raga Mungil untuk Coldplay di Sydney