Arab Saudi. Bukan Sekedar Ibadah.
Pada tahun 2010, Alhamdulillah gue mendapat gelar Hajjah di depan nama gue, Tapi gue bukan yang termuda. Selama 40 hari gue berada di Arab Saudi untuk beribadah. Melakukan ibadah Tawaf dan Sa'i dilanjutkan dengan rukun dalam ibadah hajj. Gue juga fokus kepada fotografi. Mencoba untuk memotret sosok para musafir tetapi ternyata tidak mudah. Mereka lebih sensitif, maka gue menutupi kamera dengan hijab gue. Sebaliknya, penduduk Arab Saudi di Mekkah dan Madinah lebih bersahabat, mungkin mereka karena terbiasa. Banyak yang bilang, semua omongan kita akan dijabah langsung oleh Allah. Dan benar saja, saat gue bercandain temen gue saat mau Tawaf Wada kalo tersesat menjadi hal yang seru, gue tersesat beneran ! Gue terpisah dari rombongan dan berusaha keluar dari Masjidil Haram seorang diri sementara para jamaah menuju arah sebaliknya untuk melakukan ibadah solat Jumat.
Mekkah dan Madinah tidak pernah sepi, bahkan saat jeda solat Maghrib dan Isya. Yang jelas, semua toko tutup ketika adzan berkumandang di siang dan malam hari. Adzan Subuh dikumandangkan dua kali, yang pertama bertujuan untuk membangunkan para umat muslim dan yang kedua untuk menandakan solat Subuh berjamaah akan dimulai. Di dekat hotel *lupa nama hotelnya* terdapat supermarket bernama Bin Dawood, lengkap kap kap! Dari perlengkapan dapur hingga berbagai jenis kurma.
Tidak sedikit para jemaah hajj yang duduk lesehan di lantai mall atau halaman Masjidil Haram. Sedikit berbeda dengan Masjid Nabawi yang lebih teratur dan rapi.
Yang ditunggu oleh jemaah adalah saat berkunjung ke Jabal Rahmah, di mana biasanya atau diyakini sebagai tempat untuk meminta didekatkan jodohnya. Pada saat itu gue berdoa agar tetap bertemu dengan pacar sebagai tanda bahwa dia adalah jodoh gue, sayangnya kami putus setahun kemudian. Dan di sana, banyak Unta. Uwuwuwuwuw :3
Dari Madinah menuju tempat Mabit (bermalam) dan lempar Jumroh (melempar batu sebanyak 7 x 3 kali sebagai penolak bala) lebih dari 4 jam menggunakan bus.
Sambil menunggu waktu yang tepat untuk melempar Jumroh, gue ngobrol banyak dengan Mutowif (sebutan untuk guide saat ibadah umroh dan hajj). Gue sebagai perempuan harus lebih berhati-hati dalam berpakaian karena saat itu sedang ramai.
Setelah semua rukun hajj terlaksana, gue dan rombongan hajj kembali ke Jeddah untuk membeli beberapa barang (baca : belanja) dan banyak pedagang yang bisa bercakap dalam bahasa Indonesia.
Saat di bandara, kepulangan gue sempat tertunda selama 10 jam karena proses pemeriksaan yang lelet, beruntung saat itu Menteri Agama berada di bandara dan meminta para petugas bandara untuk meloloskan semua jamaah dan langsung naik ke pesawat. Alhasil dari bandara internasional King Abdul Aziz menuju bandara Soekarno-Hatta ditempuh dalam waktu 17 jam.
Comments
Post a Comment