Menantang Raga Mungil untuk Coldplay di Sydney

Kembali ke Sydney, kembali menempuh 7 jam di udara. Bukan untuk traveling sepenuhnya, sebagian besar untuk musisi bernama Beck dan band bernama Sigur Ros dan Coldplay. Seperti yang kalian tau, gue seorang stage photographer yang hobby traveling. Dan gue memanfaatkan itu untuk menikmati konser di luar negeri. Menikmati, bukan dalam rangka liputan seperti yang biasa ditugaskan oleh kantor. Gue menikmati konser di sana sebagai penonton, bukan sebagai reporter. Dan ini pengalaman pertama gue menonton konser di luar negeri. Seharusnya gue nonton konser Foo Fighters di Singapore bulan Maret lalu, tapi apa daya Foo Fighter membatalkan konsernya dengan alasan kesehatan Dave Grohl.


Entah kenapa gue males mengeluarkan kamera dan ingin menikmati perjalanan di kota yang sudah gue pernah kunjungi sebelomnya pada bulan Februari 2012. Gue mencoba kesana-kemari dengan menggunakan transportasi umum, dengan bantuan Kaskuser Regional Sydney, gue sukses jalan-jalan dengan kereta dan bus meskipun sempat salah naik kereta saat ingin ke Parramatta Park untuk melihat aksi panggung Beck dan Sigur Ros dalam acara Harvest Festival.

14 November 2012. Hari keberangkatan, gue ketemu Alex (@aMrazing), Abdi (@OmAbdi) dan mbak Tanya (@TanyaPermanto). Sambil menunggu boarding call, Alex berkutat dengan laptopnya dalam rangka mengejar deadline. Di pesawat, tempat duduk kami terpisah. Mencoba untuk tidur selama perjalanan, tapi pada daya gue tidak bisa padahal gue termasuk orang yang PeLor alias nemPel moLor. Ngga nyangka gue balik lagi ke Sydney, padahal belom ada setahun.

15 November 2012. Nah, sesampai di bandara Sydney Kingsford Smith, kami membeli SIM Card untuk iPhone biar bisa ngasih kabar dan ngetwit selama di Sydney. Kami membeli SIM Card Optus seharga AUD 12 untuk 5 hari. Unlimited data usage. It means... I'm tweeting all daaaaaaaaay. Dan tidak lupa untuk merekam jejak di aplikasi Path. Trust me, this application helps you A LOT.

Okay. SIM Card udah beli, lalu kami beli kartu transportasi untuk bus dan kereta. Dari bandara kami menuju ke Sydney Opera House. Menggeret koper kesana-kemari, lalu mampir ke tempat Om Ve (@VeHandojo) menginap di seberang Sydney Opera House untuk menitipkan koper. Lumayan mengurangi beban. Kami ngobrol di depan counter informasi karena mbak Tanya menanyakan sesuatu kepada karyawan hotel.  Iseng - iseng melihat sekitar, gue pun melihat... COLDPLAY PAS DI BELAKANG GUE ! AAAAAAAAAA~~~K !!! Gue mimpi apa bisa ketemu Coldplay dengan jarak satu meter doank dari gue !!!

Photobucket

Perut mulai memainkan orkestra alias lapar. Kami berlima menyebrang ke Manly untuk melihat Manly Beach dengan Manly Fast Ferry. Di sana terdapat sebuah pantai yang bagus namun sepi, padahal summer. Summer tapi udaranya sedingin udara gunung, ya menurut loe aje. Gue serasa lagi di Jatinangor. Eh maap agak merusak suasana. Lalu kami pergi makan di The Manly Pantry. Ini tantangan di mana gue mulai untuk tidak atau agak sulit mendapatkan nasi, jadilah perut gue untuk sementara waktu jadi perut bule. The Manly Pantry terletak di tepi pantai, kalau di Bali seperti Jimbaran tapi The Manly Pantry tempatnya seperti rumah Emily Thorne di TV series Revenge. Setelah menikmati makan siang yang terlambat, kami mampir ke sebuah kedai kopi kecil. Di sebelah kedai kopi itu terdapat sebuah tempat bernama Adriano Zumbo Patissier. Yap, itu adalah tempat milik Adriano Zumbo, salah satu chef yang pernah mengisi acara di Master Chef Australia. Gue beli 4 buah Macaroons buatannya, satu buah Macaroons seharga AUD 2,5 atau sekitar Rp. 25.000. Rasanya jangan ditanya lagi, cuma tiga kata yang bisa gue ungkapin saat makan Macaroons buatan Adriano Zumbo : LEZAT LUAR BIASA !

IMG_1166

Setelah menikmati Manly Beach dan Macaroons di Adriano Zumbo Patissier, kami kembali ke keramaian di kota Sydney. Karena hari sudah melewati jam 2 dimana gue dan Alex harus check-in, kami kembali ke tempat Om Ve untuk mengambil koper lalu kami pergi menuju tempat penginapan masing-masing. Gue menginap di sebuah hostel bernama Casa Central Accommodation di 11 Regent Street, deket dari George Street. Tempatnya nyaman, orang-orangnya ramah dan dekat dari keramaian. Yang gue suka dari menginap di hostel adalah loe bertemu dengan berbagai macam orang dari berbagai negara. Di ruang santai gue berkenalan dengan orang Jerman, Itali, China dan India. Kami berkumpul dalam satu ruangan berbagi cerita tentang pengalaman traveling dan budaya di negara masing-masing. Kerena waktu di Sydney 4 jam lebih awal, gue memutuskan untuk tidur karena keesokan harinya gue janjian untuk bertemu Rahne (@Rahneputri) dan Joni (@Jonathanend)

16 November 2012. Jumat pagi gue menuju Subway Sandwich dan Apple Store sebelum bertemu Rahne dan Joni. Lalu gue menuju Circular Quay dengan bus. Hari itu Sydney mendung dan hujan seharian. Setelah bertemu dan berbicang dengan Rahne dan Joni, kami pergi berjalan kaki menuju The Museum of Contemporary Art. Seperti namanya, isinya berupa karya seni kontemporer. Ada satu karya yang gue kagumi, namanya Par Avion. Sedikit mengingatkan gue sama man.... #nguiiiing

IMG_1160
Par Avion
70 cut metal pieces from Cessna 172 aeroplane, gaffer tape and postage paraphernalia.

Setelah berkunjung ke The Museum of Contemporary Art, kami berjalan menuju Darling Harbour untuk bertemu Alex dan Abdi. Lalu berkunjung ke Aquarium terbesar di dunia *katanyaaaa*, duh gue lupa namanya, ntar gue update lagi yak. Joni penasaran sama yang namanya Pancake On The Rock. Setelah berkunjung ke aquarium, pergilah kami ke Pancake On The Rock. Beruntung tempat itu sedang sepi. Kami memesan berbagai macam pancake dan satu porsi ribs. Karena Abdi paling ngga bisa ngga makan nasi, jadilah kami berempat makan di situ. Dan kami berempat setuju, bahwa ribs di Pancake On The Rock adalah RIBS PALING ENAK YANG PERNAH KAMI MAKAN. Dan gue mikir, kenapa ngga ada ribs seenak itu di Jakarta. WHY GOD ?! WHYYYYY~~~~~ ?!

17 November 2012.  Kami berlima kembali jalan sendiri-sendiri sesuai keinginan. Gue mulai jalan jam 9 pagi dan kebanyakan toko sudah pada buka. Setelah mencari sarapan, gue mancari barang titipan teman-teman. Termasuk mencari buku di Kinokuniya. Di sana gue dapet buku The Hobbit Pocket Edition, Moleskin Plain Note Tape Edition dan buku titipan Niken (@nikenprista). Gue melewati Queen Victoria Building untuk mencari toko buku lain, dan gue melihat seorang pengamen luar biasa hebat. Dia bermain gitar seperti Trace Bundy. Namanya Gavin Locke. Dia mengamen sambil menjual CD yang berisi lagu-lagu instrumen gitar. Gue terhenti begitu saja ketika dia memaikan lagu Death or Alive milik Bon Jovi.


IMG_1167

Karena barang belanjaan berat banget, gue kembali ke hostel untuk menaruh barang lalu ke train station menuju Parramatta Park untuk Harvest Festival. Seperti biasa, di acara yang ditujukan untuk usia 18 tahun keatas, gue diminta untuk menunjukan kartu identitas *gggrhhhhh*. Setelah salah naik kereta, sampailah gue di Parramatta Park. Gue terlambat menyaksikan Cake, udah gitu Beirut pake batal tampil. Jadinya sesampai di venue gue langsung menunggu penampilan dari Beck. Karena Sigur Ros akan tampil di panggung yang sama, gue ngga beranjak dari main stage. Suhu saat itu mencapat 18 derajat, gue salah banget pake celana 7/8 dan flat shoes. Gara-gara celana panjang kotor dan Sydney lagi mendung, gue ngga mau celana panjang satu-satunya yang gue pake jadi basah dan bakal ngga nyaman dipake.

IMG_1165

IMG_1162

IMG_1161

Gue sempet khawatir bakal jadi satu dari beberapa orang yang naik kereta ke Central Station, ternyata TIDAK ! HUAHAHAHA. Dari sekian gate yang ada, cuma dua yang dibuka, akibatnya terjadi antrian panjang. Beruntung petugas stasiun kereta meminta calon penumpang untuk melompat gate yang ditutup. HUP ! Gue lompat seperti orang lain lakukan. IT WAS FUN ! Menggila rame-rame dan berdesakan masuk ke kereta menuju Central Station. Untung hostel gue tidak jauh dari Central Station. Setiba di hostel, gue ganti baju, mampir ke ruang istirahat, ngobrol dengan beberapa turis yang sama lalu kembali ke kamar dan tidur. Siap-siap untuk nonton konser keesokan harinya.

18 November 2012. Saudara gue, Saira Jihan (@sairajihan), kebetulan berada di Sydney dan juga menonton Coldplay. Lagi-lagi gue beruntung karena tidak pergi sendirian, jadilah gue naik taxi ke Allianz Stadium naik taxi bareng Jihan. Kami terpisah karena mendapat tempat yang berbeda. Agak menyesal karena gue beli tiket tribun, karena suasana di festival benar-benar seru. Sebagai fans Coldplay, aku merasa gagal *mewek*

Photobucket

Open gate tepat jam 5.30 sore. Pengaturan penonton di sana sangat tertib dan ketat. Hasrat ingin lompat ke tribun sangat besar tapi apa dayaaa... apa daya ngga bisa sama sekali. Di sambut dengan penampilan band The Pierces dan The Temper Trap (masing-masing satu jam), jam 09.00 malam band Coldplay membuka penampilannya dengan lagu Hurts Like Heaven lalu dilanjutkan dengan lagu In My Place.

Ready for Coldplay Live In Concert !

Coldplay Live In Concert on November 2012.

IMG_1120


Yang gue suka dari acara konser di luar negeri adalah mulai dan selesai tepat waktu. Di website Harvest Festival tertulis acara mulai jam 11 siang sampe jam 10 malem, meskipun gue baru dateng jam 5, acara selesai tepat jam 10 malam karena kereta dan bus beroperasi hanya sampai jam 12 malem. 

Setelah konser Coldplay, gue dan sodara gue mampir ke Woolworth untuk beli titipan TimTam buat Amel (@amaliamasad), dia bilang TimTam yang dia pengen ngga ada di Indonesia. Bener aja, TimTam yang dia mau ada label "Only in Woolworth".

19 November 2012. Packing, packing dan packing. Waktu check out jam 10.30. Flight jam 14.25. Sebelum check out hostel, gue cari makan siang sama Joni. Kami makan di Mamak, di Chinatown. Akhirnya ketemu nasi lagi. HAHAHA. Puas ! Setelah makan siang, gue dan Joni kembali ke hostel untuk check out dan mengambil koper, sedangkan Joni check in di hostel yang gue tempati untuk satu malam dan kembali ke Indonesia keesokan harinya. Akhirnya gue kembali menempuh 7 jam di udara menuju Jakarta, Indonesia. Masih terasa mimpi gue akhirnya liat Beck, Sigur Ros dan Coldplay live in concert.


Tips untuk traveling sederhana :
1. Kalo loe seorang kaskuser, jangan malu untuk bertanya kepada kaskuser di regional yang sesuai dengan negara tujuan. Mereka akan membantu sesuai dengan kebutuhan loe.

2. Selama loe bisa bahasa Inggris, segala macam percakapan sederhana akan mudah. Terutama jika loe nanya jalan, rute bus / kereta dan bantuan komunikasi seperti wi-fi di tempat loe menginap. Percayalah, menginap di hotel jarang mendaptkan wi-fi. Hostel lebih mudah mendapatkannya dan menyediakan secara gratis.

3. Kamera pocket cukup untuk memotret dan merekam perjalanan loe. Jangan lupa bawa baterai beserta chargernya dan memory card cadangan.

4. Kalo loe pake smartphone Apple atau android, aplikasi Path sangat membantu dalam mencatat nama tempat dan berbagi informasi melalu foto maupun video.

5. Kalo loe pergi dalam waktu hampir seminggu dan loe termasuk banci social media, beli SIM card di negara yang loe datangi. Banyak public wi-fi tapi kebanyakan diprotect. 

6. Maklumi jika setiap kali beli barang dan makanan bakal loe kurasi menjadi rupiah #ketawamiris

Comments

  1. kak mau tanya masalah sim card optus. harga AUD 12 itu udah all-in sim card sama pulsa yang kemudian digunakan buat data? saya masih kurang ngerti masalah sim card ini. kira-kira 4 hari di Sydney baiknya pake sim card apa dan berapa harga totalnya? hp saya iPhone 4S. terimakasih, ditunggu balasannya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah, maaf baru baca. Iyah, 12 AUD itu udah termasuk data 3G selama 5 hari, semakin lama kamu di sana, semakin mahal harganya karena menyesuaikan kebutuhanmu :D

      Vodafone bagus tapi lebih mahal, tapi Optus udah bagus koq. Kalo nginep di hostel yg punya wifi gratis, mendingan matiin sinyal (airplane mode) lalu pake wifi yang ada biar hemat :)

      Delete
  2. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  3. kalau konser gitu pas masuk nya harus pakai id card atau passport? apa langsung masuk aja ?

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

What If We're Dating

Toleransi, Hati Nurani dan Akal Sehat.

Ketika Kita Sendiri yang Membuat Jalan Buntu