Posts

Showing posts from 2014

#BIJITrip. Iceland: Minus 6 Derajat, Snow Mobile dan Trevor Biggs

Banyak temanku bilang, bepergian seorang diri itu ngga menyenangkan. Ngga ada yang bisa diandalkan saat kesulitan, atau bahkan membantuku menyakinkan diri untuk meneruskan perjalanan di saat aku merasa capek atau menyerah. Mungkin mereka ada benarnya. Tapi menurutku, bepergian sendirian itu menyenangkan. Aku bisa mengandalkan diriku sendiri di saat kesulitan bahkan untuk meyakinkan diriku sendiri ketika perjalanan mulai terasa berat. Saat bepergian sendirian hanya ada aku, buku bacaan dan musik yang selalu menemani selama perjalanan tetapi bukan berarti aku ngga suka berkomunikasi dengan orang baru di negara yang aku kunjungi. Aku suka bertemu dengan orang baru, membicarakan tentang dari mana aku berasal bahkan seperti apa budaya yang ada di negaraku. Agak sulit menjelaskan ke mereka dengan bahasa Inggris yang pas-pasan tapi setidaknya aku sudah berusaha, entah mencuri lihat kamus di smart phone atau menunjukkan beberapa foto ke mereka.  Aku terbangun di sebuah kasur senyaman milikku

#BIJITrip. Berlin: Teman Baik, Desperados dan Mendadak Praha

Perkenalkan, ini teman baikku dari jaman kuliah di Bandung. Namanya Tassa. Trip ke Eropa ini juga dalam rangka mengunjunginya yang baru menyelesaikan S2, sebelumnya dia kuliah di ITB jurusan Kriya Tekstil. Menyenangkan rasanya bisa bertemu teman baik di tempat dan suasanya yang sangat berbeda. Ini pertama kalinya aku ke Berlin dan merasa sangat beruntung karena beberapa orang masih bercakap dalam bahasa Inggris, kon orang Jerman harga dirinya sangat tinggi sehingga orang yang berkunjung ke sana "dituntut" untuk bercakap dalam bahasa Jerman. Waktu SMA aku belajar bahasa Jerman selama 2 tahun, tapi apa daya buatku bahasa Jerman terlalu sulit untuk dipelajari. Jadinya aja aku hanya menguasai 2 bahasa asing, yaitu bahasa Inggris dan bahasa Jepang (meskipun sekarang udah agak lupa) Aku menginap di sebuah hostel yang ternyata cukup jauh dari tempat tinggalnya, tapi aku sengaja memesan private room agar dia bisa menemaniku selama aku di Berlin. Dan ngga lupa untuk mencicipi bir khan

#BIJITrip. London: Bawah Tanah, Membunuh Waktu dan Nol Celsius di Pagi Hari

Setiap kali aku ditanya kenapa aku begitu berani pergi sendirian ke 6 negara dalam waktu 7 minggu, jawabanku cuma satu: Patah Hati. Bukan. Bukan karena aku punya banyak uang. Rejeki ngga akan kemana-mana kalo kita bisa sabar dan yakin rejeki kita ngga akan ketuker. Setiap kali aku berjalan mengelilingi pusat kota, aku selalu berusaha untuk membuat pikiranku sibuk. Aku banyak menghabiskan waktu dengan berjalan-jalan dan aku menikmati kota-kota yang sudah aku kunjungi. Terutama London. Oh, ngomong-ngomong, "Trip Patah Hati" atau "Broken Heart Trip" yang diberi nama #BIJITrip ini terinspirasi dari cerita seorang teman bernama Willy Irawan. Beberapa tahun lalu dia solo trip ke Eropa selama sebulan karena patah hati. Makasih ya Wil, atas inspirasinya :p Beberapa hari sebelum aku pergi, aku dan temanku berbagi cerita betapa inginnya kami berdua mengejar impian kami yang berada di kota London. Kami berdua yakin, suatu hari kami bakal bertemu di sana meskipun belum tahu kap

#BIJITrip: Amsterdam. Musim Gugur, Kanal dan Asap

Aku memulai Euro tripku dari Amsterdam, Belanda. Alasannya sederhana: aku belum pernah ke Amsterdam sebelumnya dan temanku, Ariev Rahman (iya, Ariev yang itu) memperkenalkanku ke temannya yang kuliah di Amsterdam. Namanya Fickry. Awalnya Belanda adalah negara tujuan ke 7 dari 9 negara, tapi karena duit ngga cukup dan mengubah itinerary berkali-kali, akhirnya Amsterdam menjadi kota pertama. Setelah berkenalan via Path dan berujung ngobrol langsung via WhatsApp, akhirnya aku bisa menginap di tempat dia selama 3 hari pertama demi menghemat pengeluaran, dengan catatan aku membawakan dia... RENDANG, SAMBAL BU RUDY dan PEMPEK PALEMBANG 😂 Awalnya bingung harus pesan di mana, setelah ngobrol selama berhari-hari demi tiga titipannya akhirnya dia yang pesan ke temannya dan tinggal aku kemas lalu masukkan ke dalam koper. Karena khawatir bocor dan bececeran, rendang dan pempek Palembang aku masukkan ke dalam kotak makan yang merknya diawali huruf "T". Dengan adanya kotak makan dan beber

#BIJITrip: Satu orang, 7 Minggu dan 6 Negara.

Memutuskan untuk traveling sendirian itu mudah, asalkan punya keberanian dan rasa penasaran yang besar (dan ditambah dengan uang yang cukup. Ujung-ujungnya duit. tetep). Traveling selama 7 minggu seorang diri ke 6 negara di Eropa memberiku pengalaman dan pelajaran yang berharga. Mulai dari meminta izin ke orang tua sampai bertahan di negara orang dan kembali ke tanah air dengan selamat. Sebagai seorang fotografer yang suka traveling , pikiran terpecah belah itu wajar, apalagi ke negara yang belum pernah dikunjungi sebelumnya. Fokus kepada objek yang akan difoto itu menyenangkan, karena melihat sesuatu yang menarik dari balik lensa adalah hal yang paling aku suka di dunia fotografi. Membuat koneksi antara aku dan objek adalah tantangan tersendiri karena memakan waktu yang tidak sebentar dan karena hal itulah aku merasa perjalananku selama 7 minggu kemarin terasa cepat. Sebelumnya aku suka berpikir, buat apa fotografer National Geographic pergi ke sebuah negara untuk penugasan foto dala

Bhutan Expedition: Itinerary, Akomodasi dan Perlengkapan Trip

Hai hai, di tulisan kali ini aku bakal ngasih tau tentang itinerary, akomodasi dan perlangkapan yang dibutuhkan saat (akan) mengunjungi Bhutan. Semoga bermanfaat ;) Karena aku mengunjungi Bhutan pada saat setelah musim dingin, perlengkapan untuk udara dingin tetap diperlukan karena meskipun Bhutan termasuk dataran yang kering, angin dingin tetap tidak bisa dihindari. Untuk perlengkapan yang dibutuhkan pada saat bulan Maret bisa kamu unduh di sini  Jika kalian ke sana dalam rangka ingin memotret, disarankan membawa lensa yang memiliki focal length sedang (antara 20mm sampai 50mm), dan lensa zoom (antara 70mm sampai 200mm). jangan lupa untuk membawa memory card dan batterai lebih. Dan disarankan untuk memeriksa kondisi kamera ke professional service sebelum berangkat. Dan berikut adalah itinerary yang aku dapat dari National Geographic Expedition saat akan bepergian ke Bhutan pada bulan yang sama. Itinerary bisa berubah tanpa pemberitahuan sebelumnya karena turis yang berdatangan di Bhu

Bhutan Expedition: Berdiri Dengan Kaki Kecil Ini.

(atas ki-ka) Sha Phurba, Ling He, Jin Liu, Rongrong Yan, Bruno Raschle, Dereesa Reid, Dr. Judith Topilow, Rich Stephens, Dr. Arthur Topilow, Greg Miao and Shirley Kuai (bawah ki-ka) Marcella Lassen, Mark Prior, Chris Rainier, Nuri Arunbiarti (aku), Meg Marksberry and Fiona Zhang Tulisan kali ini berisi tentang pengalaman dari yang pengen bikin nangis sampe bikin ketawa. Aku datang sehari lebih awal dari jadwal ekpedisi dimulai, yang mengurus perjalanan dari National Geographic, bernama Jessica, memberi tahu setelah aku ngirim jadwal kedatanganku ke Bangkok. Perjalanan dimulai pada tanggal 10 Maret 2014, sedangkan aku sudah memesan tiket pada tanggal... 9 Maret 2014. JRENG! Aku sempet bingung karena hotel yang ditawarkan Jessica cukup mahal. Jadi, aku menginap di Saphaipae Hostel karena murah, hanya 10-15 Bath per malamnya. Toh hanya untuk tidur satu malam saja. Sehari setelah menginap di Saphaipae Hostel, aku naik taxi ke tempat di mana semua peserta ekspedisi menginap di