Inspirasi Sehari Untuk Kelas Inspirasi




Kalau saya membuka tulisan ini dengan kalimat "Apa yang terjadi ketika orang-orang berbeda profesi berpartisipasi di Kelas Inspirasi untuk anak SD ?" mungkin terasa umum bagi beberapa inspirator yang sudah menulis pengalamannya di Kelas Inspirasi pada tanggal 20 Februari 2013 lalu.

Saya akui, pada saat saya kecil, saya tidak mempunyai cita-cita yang pasti. Yang saya tahu, saya ingin menjadi orang yang baik dan berguna untuk keluarga maupun orang lain. Saya mengetahui keinginan saya untuk menjadi seniman ketika saya sangat gemar mambaca, bergabung di marching band sekolah, mengambil jurusan Bahasa di kelas 3 SMA dan tidak lepas dari sebuah benda bernama kamera. Alhasil, kini saya menjadi seorang reporter lepas untuk beberapa majalah anak muda di Jakarta dan website musik. Saya akrab dengan buku catatan saku, alat tulis dan kamera. Saya suka melihat objek dari balik lensa, mungkin karena itulah saya mencoba mencari pengalaman melalui Kelas Inspirasi sebagai fotografer.

Jika saya tidak melihat linimasa @lucianancy di twitter, mungkin saya tidak akan tahu adanya lowongan sukarelawan untuk fotografer di Kelas Inspirasi. Banyak yang bertanya, apakah saya ikut mengajar. Tentu saja tidak, tapi mungkin suatu hari nanti saya akan berpartisipasi sebagai pengajar. Karena bagi saya, menjadi reporter itu menyenangkan.

Saya tergabung di kelompok 06, yang mana semua inspirator mengajar di SDN Kuningan Pagi 01. Di kelompok tersebut, saya bertemu dengan bapak Agung Adiprasetya yang berprofesi sebagai CEO Kompas Gramedia. Beliau sudah 30 tahun menjabat sebagai CEO Kompas Gramedia dan saya akui, beliau seorang pribadi yang sangat menyenangkan dalam mengajar di SDN Kuningan Pagi 01.Pak Agung tidak ragu-ragu untuk berinteraksi langsung dengan anak-anak SD. Dari bermain tarik tambang, hingga memakai topi pramuka salah satu murid kelas 4.





Sambil memotret, saya mengamati rekan-rekan saya mengajar di kelas yang sudah dijadwalkan. Ada yang gugup, ada juga yang santai. SDN Kuningan Pagi 01 memiliki 6 kelas, satu kelas tidak lebih dari 25 murid. Meskipun begitu, bukan berarti murid-murid tidak heboh menyambut "guru sehari" mereka.






Selain bertemu dan berkenalan dengan pak Agung Adiprasetya, saya berkenalan dengan ibu Ardi Kaptiningsih. Beliau sebelumnya berprofesi sebagai dokter untuk WHO dan sempat tinggal di India selama beberapa tahun tapi kini beliau sudah pensiun. Lalu ada ibu Mieke Malaon, Astrid Susanti, Fajar Ciptandi, Ibnu Utomo, Noviana, Pipin Ariyanto dan Rima Olivia.





Saya sendiri menjadikan kegiatan di Kelas Inspirasi sebagai pengalaman yang berharga karena saya akhirnya bisa melakukan hal yang berbeda dengan fotografi, bisa dibilang iseng mendaftar jadi volunteer di Kelas Inspirasi menjadi pelarian terbaik saat saya sedang sangat jenuh dengan fotografi panggung yang sudah saya jalani selama hampir dua tahun. Berkat pengalaman ini, saya semakin mantap untuk mengambil program voluntary di Cape Town, Afrika Selatan, selama dua minggu. Jika tidak ada halangan, saya akan berangkat di bulan Oktober. Ternyata, hal yang dilakukan secara sukarela dan benar-benar tulus dari hati itu sangat menyenangkan. Dan yang jelas, saya tidak lagi jenuh dengan fotografi.

Kelas Inspirasi masih membuka pendaftaran untuk yang di Makassar pada bulan Maret nanti. Untuk keterangan lebih lengkap, bisa cek di kelasinspirasi.org. Selamat menginspirasi anak bangsa ;) 

Comments

  1. Hai Kak Nuri :)

    Baru ketemu blog kakak, baca-baca, ga kerasa udah sampe postingan tahun 2013 haha.
    Kalau boleh tau, apa nama program volunteer untuk di Cape Town itu ya Kak? Penasaran!

    Thanks in advance :)

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

What If We're Dating

Toleransi, Hati Nurani dan Akal Sehat.

Ketika Kita Sendiri yang Membuat Jalan Buntu